Entri Populer

Kamis, 25 November 2010

pencernaan pada ikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Mencernakan makanan merupakan suatu proses di dalam tubuh organisme yang menyederhanakan bahan-bahan makanan yang berguna bagi tubuh. Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan penagambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh.
       Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati, pankreas, dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.


1.2.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang perlu diidentifikasi adalah bagaimana system pencernaan pada ikan.

1.3.      Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui sistem pencernaan pada ikan dan apa saja yang diperlukan untuk mencerna suatu makanan.

1.4.      Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi serta menambah wawasan khususnya kepada mahasiswa dan umumnya kepada instansi terkait serta masyarakat luas dalam memahami pencernaan pada ikan dan alat-alat pencernaan pada ikan melalui bagiamana awal makanan masuk ke mulut.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pencernaan Pada Ikan

     Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
    


      Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
     Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.


2.2 Alat- alat Pencernaan Makanan
            Alat-alat pencernaan makanan secara berturut dari awal makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut :  mulut→rongga mulut → pharink →esophagus→lambung→pylorus→usus→anus.
Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat tersebut terhadap makanan dan kebiasaan makanannya. Organ pencernaan ini dilengkapi dan dibantu oleh hati dan pankreas.

Mulut dan Rongga Mulut
Organ ini merupakan bagian depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk mengambil makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan. Lendir yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar dari epithel rongga mulut akan bercampur dengan makanan, memperlancar proses penelanan makanan yang dibantu oleh kontraksi otot dinding mulut.
Rongga mulut Amphioxus menyimpang jauh dari kepunyaan Craniota. Pada hewan ini pinggiran lubang mulut mempunyai 12-20 pasang tentakel yang dilengkapi dengan rambut getar dan indra. Pada mulut bagian belakang terdapat sekat melintang yang disebut velum, ditembus oleh lubang yang berhubungan dengan farings. Ikan pada umumnya, rongga mulut meneruskan diri menjadi farings, yang mempunyai beberapa kantung insang.
Pada umumnya mulut ikan terletak diujung depan kepala, yang dinamakan dengan tipe terminal. Pada ikan yang lain, mulut terletak di bagian atas ( tipe superior), di bagian bawah (tipe inferior), dan ada pula yang terletak di dekat ujung depan kepala (tipe subterminal). Selain letaknya yang berbeda-beda, bentuk mulutpun bermacam-macam. Bentuk dan letak mulut ini sangat erat kaitannya dengan macam makanan yang menjadi kesukaan ikan. Mulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk menangkap mangsa yang lewat diatasnya.
Ukuran mulut pada ikan dapat memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makan, terutama bila di kaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Ikan-ikan famili Esocidae dan banyak ikan cucut dilengkapi dengan mulut yang lebar dan gigi yang tajam, yang menandakan mereka termasuk golongan predator terhadap mangsa yang berukuran agak besar yang mungkin bisa ditelan seutuhnya. Beberapa ikan cucut memiliki pengaturan geligi yang menjadikan mereka dapat menggigit gumpalan besar binatang yang terlalu besar untuk ditelan begitu saja. Demikian juga halnya dengan ikan barracuda (Sphyraena) dan piranha ( Serrasalmus).

Gambar berbagai mulut ikan
Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya memiliki tipe mulut yang relatif kecil tanpa modifikasi. Pada ikan yang makan dengan cara menghisap mereka memiliki mulut tipe inferior dan bibir yang berdaging tebal. Bibir  penghisap pada ikan perenang bebas berfungsi sebagai organ pencengkeram batu atau benda-benda lain pada sungai yang berarus deras, misalnya Glyptosternum, Gyrinochelius dan beberapa anggota family Loricaridae (Lagler et al, 1977).  Pada anggota famili lamprey ( Petromyzontidae) yang parasitik dan Myxinidae, mulut penghisap tak berahangnya bertindak sebagai alat pencengkram agar dapat menempel pada inangnya dan mengambil makanan dari inang. Bibir penghisap pada lamprey ini pun di gunakan untuk menyingkirkan batu dari celah sarangnya pada aliran sungai.
Mulut seringkali di lengkapi dengan sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat bervariasi, sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika ikan tersebut mencari makan. Sungut dilengkapi dengan saraf untuk menemukan makanan di antara material yang lunak.

Berbagai macam sungut ikan (Rahardjo&ridwan, 1980). A.Arius Venosus  
B. Cyprinus Carpio  C. Upeneus Vittatus  D.Macrones Hemurus



Geligi
Adaptasi terhadap macam makanan juga terjadi pada gigi. Gigi mungkin timbul dari sisik yang menutupi bibir seperti pada Squaliformes dimana sisik placoid menjadi gigi pada rahang. Pada cyclostomata dan ostracodermata tidak mempunyai gigi sebenarnya, sebab hewan ini mempunyai gigi tanduk yang dihasilkan oleh epidermis. Pada Osteichthyes di mana memiliki tiga jenis gigi berdasarkan tempat tumbuhnya : rahang, rongga mulut, dan pharyngeal (Gambar 39). Di daerah rahang gigi tumbuh pada premaxilla, maxilla dan dentary. Pada langit-langit rongga mulut, gigi terdapat pada vormer, palatine, pterygoid dan parasphenoid. Gigi juga terdapat pada tulang glossohyal (tulang lidah) dan basibranchial diantara insang. Gigi pharyngeal terdapat pada berbagai elemen lengkung insang pada banyak spesies ikan. Gigi pharyngeal famili Cyprinidae dan Catostomidae merupakan modifikasi elemen bawah lengkung insang yang terakhir.
Berdasarkan bentuknya gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu : Cardifor, villifor, canine, inchisor dan molariform (Gambar 40). Gigi cardivor berbentuk pendek, tajam dan runcing. Bentuk ini misalnya di dapatkan pada famili Ictaluridae dan seranidae. Gigi filifor mirip dengan gigi cardifor, hanya lebih panjang dan memberikan gambaran seperti rumbai-rumbai misalnya pada belone dan pterois. Gigi canine menyerupai gigi anjing, seringkali seperti bentuk taring, bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau melengkung dan di sesuaikan untuk mencengkram. Gigi incisor memiliki pinggiran yang tajam yang di sesuaikan untuk memotong. Bentuk gigi yang mempunyai permukaan rata digunakan untuk menumbuk dan menggerus termasuk gigi molariform. Bentuk gigi ini misalnya dimiliki oleh kingdom Holocephali dan Scianidae (Laglet et al, 1977).

Pharynx
Insang terletak tepat di belakang rongga mulut, didalam pharynx.  Umumnya terdapat empat pasang pada ikan bertulang sejati, sedangkan Chondrichthyes mempunyai 5-7 pasang lengkung insang. Disamping melindungi filamen insang yang lembut dari kikisan material makanan yang masuk, tapis insang juga untuk menghalangi material yang di makan keluar melalui insang. Ikan-ikan yang memakan mangsa besar, memiliki tapis insang yang berukuran besar dan jumlahnya sedikit. Pada ikan-ikan pemakan plankton, tapis insangnya ramping, memanjang dan jumlahnya banyak. Jari-jari tapis insang yang pendek dan besar didapatkan pada ikan omnivora. Tampak adanya kaitan yang erat antara jenis makanan dengan bentuk dan jumlah jari-jari tapis insang.







Esophagus
Esophagus ikan pendek dan mempunyai kemampuan untuk mengelembung. Hal ini tampak jelas pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relatif besar ukurannya. Sedangkan ikan-ikan pemakan jasad kecil mempunyai kemampuan untuk menggelembung yang kurang dibandingkan dengan ikan predator. Karena adanya kemampuan untuk menggelembung inilah,  maka jarang terjadi seekor ikan termengkelan sampai mati oleh suatu makanan yang melalui mulutnya tetapi tidak dapat ditelan. Pinggiran esophagus terdiri dari ephitelium yang berlapis-lapis dan columnar, dengan sejumlah sel atau kelenjar lendir. Dinding esophageal dilengkapi secara khusus dengan lapisan otot bergaris yang circular dan longitudinal. Beberapa modifikasi esophagus telah diketahui. Stromateidae mempunyai kantung otot (muscular sac) yang berhubungan dengan esophagus. Pada beberapa genera ( pampus dan Nomeus) terdapat gigi ditepi kantung esophageal yang menempel pada tulang tipis pada dinding kantung. Kantung esophageal berfungsi sebagai penghasil lendir, gudang makanan, dan penggilingan makanan. Pada ikan belut, Monopterus albus, esophagus dimodifikasi menjadi alat pernafasan tambahan.

Lambung
            Lambung menunjukkan beberapa adaptasi, diantaranya adalah adaptasi dalam bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung senata-mata berbentuk memanjang seperti yang dipunyai oleh ikan gar (lapisosestus), bowfin(Amia), pike (Esox), barracuda (sphyraena) dan stripped bass (Morone saxatilis). Pada ikan omnivora seringkali lambung berbentuk seperti kantung. Pada ikan belanak (Mugil), lambung bermodifikasi menjadi alat penggiling. Lambung tersebut berukuran kecil, tetapi dindingnya sangat tebal dan berotot. Pada  saccopharyngidae dan Eupharyngidae, lambungnya mempunyai kemampuan menggelembung yang besar sehingga memungkinkan ikan-ikan ini memakan mangsa yang relatif besar.
            Sebagian besar ikan mempunyai lambung. Lambung tidak terdapat pada lamprey, hagfishes, chimaera dan beberapa ikan bertulang sejati ( Cyprinidae, Scomberesocoidae, dan scharidae). Pada ikan-ikan tersebut kelenjar lambung tidak ada, dan makanan dari esophagus langsung ke usus. Adanya lambung dapat dicirikan oleh rendahnya pH dan adanya pepsine di antara getah pencernaan. Pada beberapa ikan seringkali bagian depan ususnya membesar menyerupai lambung sehingga bagian ini dinamakan  sebagai lambung palsu, misalnya pada ikan mas, Cyprinus Carpio.

Usus
            Usus mempunyai banyak variasi. Pada ikan carnivora usunya pendek, mungkin karena makanan berdaging dapat dicerna dengan lebih mudah daripada tanaman. Sebaliknya usus ikan herbivora panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan. Pada beberapa jenis ikan, seperti Lamprey, elasmobranchii dan beberapa Osteichtyes yang ususnya pendek untuk memperluas permukaan absorpsi di dalam ususnya terdapat serangkaian klep spiral yang disebut tyflosol.
            Pada usus sebagian besar ikan bertulang sejati, dibelakang pyloric lambung, mungkin terdapat satu atau lebih kantung buntu yang dinamakan pyloric caeca. Struktur ini tidak terdapat pada family Ictaluridae dan Cyprinodontidae. Polypterus hanya mempunyai satu, Perca Flavescense mempunyai tiga buah, sedangkan pada family salmonidae bisa mencapai jumlah 200 atau lebih. Fungsi pyloric caeca mungkin berkaitan dengan pencernaan dan penyerapan.

Hati dan Pankreas
Pembentukan hati asalnya sepasang. Hal ini dapat dilihat pada Myxine dewasa, dimana hati kiri dan kanan tidak bersatu dan masing-masing mempunyai saluran empedu yang menuju ke dalam kantung empedu dan dari sini empedu dialirkan ke melalui ductus kholedokhus ke dalam usus bagian tengah.
            Hati termasuk kelenjar yang besar pada ikan, bahkan pada ikan cucut dan ikan pari bisa mencapai 20% bobot tubuhnya. Hati biasanya terletak di. muka lambung atau sebagian mengelilingi lambung. Biasanya hati berjumlah dua buah, tetapi mungkin hanya terdapat satu buah pada ikan salmon, atau tiga seperti yang terdapat pada mackerel. Pada hati terdapat kantung empedu yang mengeluarkan cairan empedu. Cairan empedu ini masuk ke dalam saluran pencernaan makanan pada daerah pylorus melalui ductuscholedocus. Disamping berperan dalam pencernaan, hati juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan lemak dan glikogen. Fungsi selanjutnya ialah dalam perusakan sel darah merah dan kimiawi darah seperti pembentukan urea dan senyawa yang berhubungan dengan ekskresi nitrogen. Ikan-ikan mempunyai variasi dalam jumlah lemak yang disimpan dalam hati. Pada Pleuronectiformes dan Gadidae, lemak terutama disimpan di dalam hati, sedangkan pada Scombridae dan Clupeidae, lemak lebih banyak disimpan di dalam otot. Selain lemak, hati ikan juga menyimpan vitamin A dan D.
Pankreas terdiri dari dua bagian, yaitu bagian eksokrin yang menghasilkan getah apankreas, penting bagi pencernaan makanan, dan bagian endokrin yang menghasilkan hormon ensulin, mengendalikan kadar gula di dalam darah. Pankreas mensekresikan beberapa enzim yang berfungsi dalam pencernaan makanan. Pada ikan bertulang sejati biasanya menyebar disekeliling hati, bahkan pada ikan berjari-jari sirip keras pankreas dan hati menyatu menjadi hepatopankreas. Pada ikan cucut dan dari pankreas merupakan dua buah organ yang kompak. 





2.3 Cara Makan
Secara garis besarnya ikan dapat di bedakan menjadi golongan predator, grazer, penyaring makanan dan parasit berdasarkan cara makannya (Lagler et al.,1977).
Umumnya ikan-ikan yang memakan binatang-binatang makroskopik memiliki adaptasi tertentu. Mereka biasanya memiliki gigi pencengkraman yang berkembang dengan baik, seperti yang terlihat pada banyak ikan cucut (Elasmobranchii), Sphyraena, Esox, dan Lepisosteus. Pada ikan-ikan predator terdapat lambung yang jelas dengan sekresi asam kuat dan ususnya relatif lebih pendek dari pada ikan herbifora, pada ukuran panjang ikan yang sama. Banyak predator seperti bluefish ( Pomatomus saltatrix) dan ikan laut dalam aktif memburu mangsanya, sedangkan yang lain seperti kerapu (Epinephelus) sering berdiam diri dan menunggu sampai ada seekor binatang lewat, yang kemudian diserbu dan ditangkap. Lophiidao dan Anisaniaidae mengembangkan jari-jari pertama sirip punggungnya menjadi semacam umpan untuk memancing perhatian si mangsa. Ikan sumpit (Toxotes Jakulator) sering menyumpit jatuh serangga yang sedang hinggap di tanaman air dengan “ air liurnya”. Ketetapan menyumpit sasarannya ini merupakan hasil dari perkembangan mata yang dapat digunakan untuk melihat udara di luar permukaan air. Beberapa ikan predator melakukan perburuan dengan mengandalkan mata, sedangkan cucut (Squalimorfes), ikan-ikan noctural (Ictalurus) dan Muraenidae bertumpu kepada bau, rasa, sentuhan dan mungkin pula mengandalkan saraf garis rusuk untuk menemukan tempat si mangsa.
Pada “grazing”, pengambilan makanan dilakukan dengan cara menggigit, seringkali oleh individu yang lebih kecil. Pada suatu ketika organisme yang diambil bersifat tunggal dan saat yang lain sekelompok organisme kecil secara kontinue. Grazing mencirikan ikan-ikan yang memakan plankton atau organisme dasar. Banyak anak-anak ikan yang kelak tumbuh menjadi predator terhadap ikan lain, semula memakan plankton yang mereka buru satu persatu.
Penyaringan organisme dari air merupakan cara makan yang paling umum dilakukan karena sasaran makanan yang dipilih berdasarkan pada ukuran dan bukan berdasarkan jenisnya. Filtrasi plankton banyak dilakukan oleh ikan clupeoid, misalnya durosoma, ikan menhaden (Brevoortia Tyranus) yang tergabung dalam kelompok besar berenang dengan mulut menganga pada sepanjang plankton di pantai laut atlantik. Ikan yang dewasa mampu menyaring satu sampai dua galon air setiap menit dengan tapis insangnya, dan dalam waktu yang sama dalam beberapa cc kumpulan plankton terutama diatom dan crustacea diperolehnya. Juga Polyodon, Rhincodon, Cetorhinus mampu menyaring plankton dengan efisien. Prinsip adaptasi ikan pada saat penyaring makanan terletak pada pengembangan tapis insang yang memanjang, rapat dan dalam jumlah yang banyak.
Pengisapan makanan atau material yang mengandung makanan ke dalam mulut sering kali dilakukan oleh ikan-ikan pemakan dasar seperti Catostomidae dan Acipenceridae. Labeo dan Osteichilus yang mempunyai mulut subterminal dan bibir penghisap mempunyai kebiasaan yang sama. Pada beberapa anggota famili cyprinidae respon penghisap sangat bergantung kepada rangsang sentuhan pada bibir. Banyak ikan-ikan yang mengisap lumpur untuk mengekstrasi jasad yang terdapat di dalamnya, terlepas dari apakah ia bisa mendapatkan makanan yang baik untuk dicerna atau tidak. Pada beberapa jenis ikan makanan yang ia inginkan di pisahkan dari sedimen sebelum ditelan. Tetapi pada beberapa ikan yang lain seperti Siluridae, endapan tanah atau lumpur sering ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi bersama-sama dengan jasad dasar di saluran pencernaannya.
 
2.4 Rangsangan untuk makan
Ransangan ikan terhadap makanan merupakan intraksi antara beberapa faktor yang menentukan kapan ikan akan makan dan makanan apa yang diinginkan.
Faktor yang merangsang ikan untuk makan terdiri dari dua macam. Yang pertama faktor yang mempengaruhi motivasi internal atau dorongan untuk makan, meliputi musim,waktu makan,intensitas cahaya,saat dan jenis makanan terakhir dan suhu. Faktor yang kedua adalah rangsangan makan yang di terima oleh panca indra seperti rasa,bau,penglihatan,sentuhan, dan sistem garis rusuk. Interaksi kedua macam faktor tersebut akan menentukan bila dan bagaimana ikan akan makan dan apa yang akan di makan.
Salah satu faktor terpenting dalam cara makan adalah waktu makan, beberapa ikan misalnya Ichtalurus yang mendapatkan makan melalui perantara rasa dan bau lebih condong sebagai pemakan malam. Sedangkan pada ikan Esox yang lebih banyak menggunakan mata dalam mencari makanan lebih aktif pada waktu siang hari.
Musim ternyata mempengaruhi suhu air di daerah non tropika dan ketinggian air di tropika, tampaknya juga mempeengaruhi cara makan.beberapa jenis ikan menghentikan kegiatan mencari makan pada saat musim pemijahan, misalnya pada salmon dan Onchorhynchus. Ikan Synbranchus selama estivasi dalam lubang yang lembab di lumpur, tttidak makan dan hanya menggunakan akumulasi lemak dalam tubuhnya. Sebagian besar ikan yang tumbuh di daerah “ Temperate” sangat aktif mencari makan ketika perubahan kondisi lingkungan pada musim semi.

2.5 Proses Pencernaan dan Penyerapan Zat Makanan Di Usus
  1. Panjang usus ikan yang berbeda berhubungan erat dengan jenis makanan. Usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi makanan yang kadar seratnya tinggi dan keadaan villinya yarig relatif rendah. Makanan ikan herbivora mangandung banyak serat sehingga rnemeriukan pencernaan yang lebih lama. Pencernaan yang larna membutuhkan tempat pencernaan (saluran pencernaan) yang panjang. Sementara ikan karnivora memiliki usus yang pendek. Dengan demikian panjang usus merupakan suatu bukti bahwa dalam usus terjadi proses pencernaan makanan, jika tidak terjadi proses pencernaan makanan maka panjang usus ikan herbovora maupun karnivora seharusnya sama.
  2. Usus memiliki lapisan-lapisan yang sama yakni lapisan sereus otot memanjang, otot melingkar, sub mukosa dan mukosa, seperti halnya pada segmen esofagus dan lambung.
  3. Pada permukaan enterosit terdapat mikrovilli yang berfungsi untuk memperluas area permukaan sel untuk menyerap zat makanan.  Di dalam enterosit terdapat mukosit.  Jumlah mukosit akan semakin meningkat kearah bagian belakang usus. Adanya microvilli pada enterosit memperlihatkan perannya dalam proses penyerapan zat makanan.
  4. Vakuola-vakuola di sekitar atau di bawah mikrovilli dan tepatnya diatas inti sel. Keberadaan vacuola supra nuclear ini dapat dijadikan tolok ukur kemampuan mencerna makanan terutama pada larva ikan.
  5. Usus memiliki mukosit atau sel penghasil lendir yang bentuknya seperti piala dan pada permukaannya terdapat mikrovilli. Di bagian bawah mikrovilli terdapat butiran atau granula yang disebut mucigen sebagai hasil sintesa di dalam sel.  Selain menghasilkan mukus, mukosit diduga menghasilkan enzim pencernaan.
  6. Pada usus terdapat lapisan sub mukosa terdapat fibroblast dan sel otot licin melingkar dengan inti sel yang memanjang. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh serabut kolagen. Pada lapisan sub mukosa ini terdapat banyak sekali kapiler-kapiler darah yang berperan sebagai pengumpul zat makanan yang telah diserap.
  7. Adanya saluran empedu (ductus choledochus) dan saluran pankreas (ductus pankreaticus) yang bermuara di bagian usus depan menunjukkan bahwa di segmen usus masih terjadi proses pencernaan makanan.










BAB III
KESIMPULAN

3.1.      Kesimpulan
       Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.
Organ-organ yang meliputi saluran pencernaan terdiri dari (dari arah depan/anterior ke arah belakang/posterior) berturut-turut : mulut/rongga mulut   hati, empedu, pankreas (pilorus dan pilorik, lambung, esophagus, usus, saeka)
Organ-organ tambahannya berupa kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pancreas.
Organ-organ pelengkap berupa sungut, gigi, tapis insang.
Menurut jenis makanannya, ikan tergolong menjadi karnivor (makan ikan lain, kepiting, serangga, dsb), herbivor (makan plankton, tanaman air, dsb), dan omnivor (makannya campuran). Jenis makanan ikan dan cara makannya dapat diduga dari : bentuk mulut, posisi mulut
- tipe gigi : canin, incisor, dsb
- tulang-tulang tapis insang : rapat, panjang, halus, dsb
- perbandingan antara panjang usus dengan panjang tubuhnya.
 Untuk efektivitas sistem pencernaan, terdapat modifikasi-modifikasi pada lambung (misalkan belanak) dan pada usus (misal pada ikan hiu).
Dengan mengetahui jenis makanan alami dan cara makannya, dapat diterapkan pada usaha budidaya ikan.

3.2.      Saran
Untuk mengetahui bagaimana sistem pencernaan pada ikan sebaiknya mengetahui faktor yang mempengaruhi proses pencernaan ikan, misalnya dengan mengetahui jenis organ-organnya. Karena dengan kita mengetahui itu semua dapat menjadi suatu ilmu yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar